Mengenai Saya

Foto saya
malino, Gowa Sulsel, Indonesia
Selamat Datang di Blog Kpa Spala Gowa. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

MASA DEPAN ORGANISASI PECINTA ALAM DI INDONESIA. PART II


Mendaki merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh Organisasi Pecinta Alam. Bahkan, sebagian OPA, kegiatan tersebut sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan pada setiap minggu, kalau enggang dikatakan setiap hari. Tapi, apakah mendaki  harus dilakukan oleh Pecinta Alam?, ataukah seseorang belum dianggap mencintai alam kalau belum mendaki?. Tidak harus melakukan pendakian, jikalau hanya ingin menjadi pecinta alam. Sebab, mendaki bisa dilakukan oleh seseorang atau siapa saja yang memiliki keterampilan, kekuatan fisik dan mental, meskipun orang tersebut bukan pecinta alam.
Disini penulis tidak melarang atau mempermasalahkan OPA melakukan kegiatan mendaki gunung, tapi setidaknya, sebelum melakukan kegiatan tersebut, alangkah baiknya kalau di fikirkan dampak baik buruknya, baik bagi diri si pendaki maupun alam atau gunung yang akan didaki. Kalau dampak buruknya lebih dominan, sebaiknya dipertimbangkan kembali agar tidak melakukan pendakian tersebut. Tapi, apakah kegiatan mendaki yang sering dilakukan OPA ada manfaatnya untuk kelestarian alam?. Terlalu sering melakukan pendakian di gunung, apalagi dilakukan secara massal, akan berdampak buruk bagi kelestarian alam.
Penulis tidak menyarankan agar kegiatan mendaki gunung dihapus atau dihilangkan di dalam OPA. Namun, hanya perlu dibatasi pelaksanaannya, karena disamping kegiatan tersebut mengandung banyak resiko, berupa kecelakaan, tersesat dan kematian, juga tidak banyak atau sama-sekali tidak bermanfaat untuk kelestarian alam. Kegiatan yang seharusnya banyak atau sering dilakukan oleh OPA adalah kegiatan Konservasi Alam, berupa reboisasi atau penghijauan, aksi bersih dan bakti social. Serta kegiatan lainnya, seperti diskusi-diskusi tentang masalah lingkungan dan bagaimana cara menanganinya serta melakukan aksi kampanye kesadaran linngkungan.
Dengan demikian, apabila kegiatan-kegiatan seperti diatas, bisa dijadikan sebagai kegiatan rutin didalam OPA, maka semua tanggapan negative masyarakat akan berubah menjadi positive, dan akan mengembalikan kesucian nama PECINTA ALAM dimata masyarakat yang selama ini tercoreng oleh seseorang atau sekolompok orang yang mengaku mencintai alam. Mereka bertingkah seolah mencintai atau peduli terhadap alam. Alih-alih peduli akan alam, peduli terhadap dirinya sendiripun kita mungkin akan sepakat untuk mengatakan tidak!!!. Apakah pantas dikatakan peduli, apabila mereka masih saja sering mengkomsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang?. Apakah ini yang dinamakan cinta?. Tidak menyadari dirinya sebagai bagian dari alam. Mengkomsumsi minuman keras, akan merusak diri dan kehidupan seseorang. Jadi, merusak diri sendiri, berarti merusak alam, karena manusia adalah bagian dari alam. Tak ada dasar sama-sekali adanya hubungan yang selaras tentang mencintai alam kalau masih mengkomsumsi barang haram tersebut.
Selain itu, ada sosok pecinta alam, yang menjadi momok yang sangat menakutkan dalam setiap sisi kehidupannya. Arogansi, solidaritas buta dan sebagainya bisa kita temui di beberapa OPA. Dan tak jarang juga ditemukan kekerasan fisik bahkan seksual yang sampai menyebabkan kematian yang dilakukan oleh sosok-sosok yang berada dalam OPA, yang biasanya terjadi pada saat melakukan kegiatan Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR. Dan mungkin kekerasan tersebut dilakukan oleh sosok pecinta alam, akibat pengaruh dari minuman keras dan obat-obatan terlarang. Sangat berlawanan dengan kata cinta yang ada pada nama pecinta alam.
Penomena sosok pecinta alam yang belum dapat mengamalkan nilai-nilai yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam, menjadi sebab pentingnya penekanan visi dan misi OPA di dalam melaksanakan kegiatannya, khusunya didalam pelaksanaan kegiatan Diklatsar, yang tidak hanya bersifat penguatan fisik dan mental semata, tetapi juga yang harus ditekankan adalah bagaimana agar setiap anggota atau sosok OPA memiliki sikap relegius yang tinggi, sebagaimana tujuan awalnya ingin mencintai alam, berarti ingin mencintai Pencipta alam, sebagai pembuktian pengakuan adanya Sang Maha Pencipta.
Dimas Putra Ramadhan, dalam salahsatu artikelnya yang berjudul; “ Mengapa Kita Harus Naik Gunung”. Mengatakan; Jikalau sosok-sosok yang ada dalam Organisasi Pecinta Alam, tak mau berbenah dan mengevaluasi diri, bukan tidak mungkin Pecinta Alam akan kehilangan makna dan kesuciannya  didalam perjuangannya yang sangat mulia. Bagaimana di satu sisi bisa memanusiakan manusia dalam konteks kaderisasi dan sementara di sisi lain berperan aktif di dalam tugasnya sebagai khalifah di muka Bumi ini.
Masih menurut Dimas; Mulia atau hinanya sebuah organisasi, berawal dari kesadaran-kesadaran dari para penghuni yang membawa nama baik organisasinya. Karena, kesalahan-kesalahan sosok organisasi, bisa di indikasikan sebagai suatu kesalahan yang ada pada organisasi yang menaungi sosok tersebut.
Mari memulai perubahan kecil dari disendiri, menuju perubahan yang besar untuk organisasi. Mari mulai sekarang membenahi dan mengevaluasi diri dan organisasi untuk menyongsong masa depan Organisasi Pecinta Alam yang cerah. Karena kesuksesan suatu organisisasi dimulai dari kesuksesan para penghuninya. Perjuangkan dan jagalah kesucian nama PECINTA ALAM, jangan kau coreng kesuciannya yang amat mulia. Kalau bukan kita, siapa lagi, kalau bukan sekarang, kapan lagi.!
SALAM LESTARI…!!! Jayalah selalu Pecinta Alam Indonesia!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar